XRP baru-baru ini merebut kembali posisinya sebagai mata uang kripto terbesar ketiga berdasarkan kapitalisasi pasar, melampaui Tether (USDT), yang kini menempati posisi keempat. Kapitalisasi pasar XRP mendekati angka $140 miliar, sementara kapitalisasi pasar Tether berada di sekitar $137 miliar. Pergeseran ini terjadi setelah lonjakan signifikan dalam nilai XRP, yang telah meningkat hampir 15% dalam tujuh hari terakhir dan 350% yang mengesankan selama setahun terakhir.
Kenaikan harga XRP ini sebagian besar disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu pendorong utamanya adalah peluncuran stablecoin berbasis dolar AS milik Ripple Labs, Ripple USD (RLUSD), pada bulan Desember 2024. Selain itu, ada spekulasi yang berkembang bahwa Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC), yang sekarang dipimpin oleh ketua pro-kripto Paul Atkins, akan segera menyetujui dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) XRP. Hal ini telah memicu optimisme di kalangan investor, dengan beberapa perusahaan, termasuk WisdomTree dan Bitwise, bersaing untuk mendapatkan persetujuan untuk meluncurkan ETF berbasis XRP.
Seiring dengan menguatnya XRP, Tether, yang sebelumnya merupakan stablecoin dominan di pasar, mengalami sedikit penurunan kapitalisasi pasar. Nilainya baru-baru ini turun sekitar $1,6 miliar, bertepatan dengan penerapan regulasi baru Pasar Aset Kripto (MiCA) Uni Eropa pada 30 Desember 2024. Regulasi ini mewajibkan kepatuhan yang lebih ketat untuk aset kripto di UE, yang mungkin berdampak negatif pada posisi Tether. Pada 2 Januari 2025, kapitalisasi pasar Tether turun sebesar 1,2%, yang semakin mencerminkan tantangan yang dihadapinya setelah MiCA.
Tether belum pulih sepenuhnya dari kapitalisasi pasar puncaknya sebesar $140 miliar pada pertengahan Desember 2024, terutama setelah Coinbase mengumumkan akan menghapus Tether dari pencatatannya karena tidak mematuhi peraturan MiCA. Namun, beberapa pakar tetap optimis tentang masa depan Tether, khususnya di Asia. Laporan menunjukkan bahwa sekitar 80% volume perdagangan Tether berasal dari Asia, yang dapat membantunya pulih dari kerugiannya di pasar Eropa. Dominasi Tether yang berkelanjutan di pasar Asia berpotensi mengimbangi tantangan regulasi yang dihadapinya di UE dan memungkinkannya mendapatkan kembali sebagian pangsa pasarnya yang hilang.