Bank Indonesia telah berhasil menyelesaikan Proof of Concept (PoC) untuk Wholesale Rupiah Digital Cash Ledger, yang menandai tonggak penting dalam perjalanan negara ini menuju pengembangan Central Bank Digital Currency (CBDC) di bawah Project Garuda. Pencapaian ini merupakan tahap pertama eksplorasi Indonesia menuju versi digital mata uang nasionalnya, Rupiah.
Pengumuman ini disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo yang mengonfirmasi bahwa bank sentral telah mencapai “Immediate State” dari proyek tersebut. Hal ini menandai langkah awal dalam inisiatif yang lebih luas untuk mengembangkan Rupiah Digital sebagai respons terhadap pesatnya ekspansi ekonomi keuangan digital. Menurut Warjiyo, langkah ini mencerminkan komitmen bank sentral untuk memajukan Rupiah Digital sebagai respons terhadap lanskap keuangan yang terus berkembang.
Proof of Concept telah berhasil memvalidasi kemampuan teknis yang dibutuhkan untuk proyek tersebut, terutama melalui penggunaan Distributed Ledger Technology (DLT). Fransiskus Xaverius Tyas Prasaja, ekonom Bank Indonesia, menjelaskan bahwa fase pengujian menunjukkan kemampuan solusi berbasis DLT untuk memenuhi kebutuhan operasional model bisnis Rupiah Digital.
Implementasi Teknis dan Pengujian
Pengujian teknis melibatkan dua platform DLT utama: Corda, yang dikembangkan oleh R3, dan Hyperledger Besu, yang dikembangkan oleh Kaleido. Platform ini diuji secara ketat melalui 55 skenario berbeda, dengan fokus pada tiga proses bisnis utama: penerbitan, penebusan, dan transfer dana. Pengujian menunjukkan bahwa platform tersebut mampu terintegrasi secara efektif dengan sistem tradisional, memanfaatkan standar yang ada, termasuk standar pengiriman pesan ISO 20022 yang diadopsi secara luas.
Selain itu, penggunaan kontrak pintar selama pengujian meningkatkan efisiensi transaksi dan memberikan fleksibilitas yang lebih baik untuk pengembangan Rupiah Digital di masa mendatang. Hal ini menyoroti potensi teknologi blockchain untuk merevolusi operasi keuangan tradisional dengan menawarkan solusi yang lebih cepat, lebih aman, dan lebih terukur.
Tahapan Selanjutnya dari Proyek Garuda
Whitepaper Bank Indonesia yang berjudul “Project Garuda: Navigating the Rupiah Digital Architecture” menguraikan fase-fase mendatang dari proyek tersebut, yang meliputi Intermediate State dan End State. Penyelesaian fase awal yang sukses ini menempatkan Indonesia sejajar dengan sejumlah negara yang tengah aktif mengembangkan CBDC mereka sendiri.
Selain pengembangan mata uang digital itu sendiri, Rupiah Digital akan diintegrasikan dengan sistem pembayaran dan infrastruktur pasar keuangan yang sudah ada, sehingga memungkinkan transaksi domestik dan lintas negara. Integrasi ini diharapkan dapat semakin meningkatkan ekosistem keuangan Indonesia dan kemampuannya untuk terhubung dengan ekonomi global di era digital.
Area untuk Eksplorasi Lebih Lanjut
Meskipun fase PoC berhasil, fase ini juga mengidentifikasi beberapa area untuk eksplorasi lebih lanjut. Area-area ini meliputi:
- Mekanisme privasi : Memastikan transaksi aman dan pribadi bagi pengguna.
- Protokol manajemen likuiditas : Mengembangkan solusi untuk mengelola likuiditas mata uang digital secara efektif.
- Strategi penerapan multi-validator : Menjelajahi cara untuk memastikan bahwa sistem tetap terdesentralisasi dan aman.
Jalan di Depan
Penyelesaian tahap pertama Proyek Garuda ini menandai langkah penting dalam pengembangan infrastruktur keuangan digital di Indonesia. Dengan selesainya tahap awal, proyek ini siap untuk melangkah maju ke tahap berikutnya, dengan menangani area yang perlu ditingkatkan. Proyek ini tidak hanya menyoroti komitmen Indonesia terhadap inovasi, tetapi juga menempatkan negara ini sebagai pemimpin dalam tren adopsi mata uang digital yang sedang berkembang di seluruh dunia. Seiring dengan semakin diterimanya teknologi blockchain dan mata uang digital di seluruh dunia, Proyek Garuda menjadi contoh yang menjanjikan tentang bagaimana bank sentral dapat secara efektif menggabungkan teknologi ini ke dalam sistem keuangan mereka.