Harga Bitcoin mengalami penurunan yang signifikan pada hari Senin, jatuh ke titik terendah $91.170, menandai penurunan tajam sebesar 16% dari level tertingginya sepanjang tahun ini. Penurunan ini terjadi di tengah kemerosotan pasar yang lebih luas, dengan mata uang kripto dan saham menghadapi tekanan berat. Salah satu faktor utama yang menyebabkan jatuhnya Bitcoin adalah meningkatnya kekhawatiran tentang stagnasi di Amerika Serikat, suatu situasi di mana inflasi tetap tinggi sementara pertumbuhan ekonomi terhenti. Ketakutan ini telah membebani sentimen pasar, memengaruhi keputusan Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga yang lebih tinggi, yang secara historis berdampak negatif bagi aset berisiko seperti Bitcoin dan saham.
Katalis di balik ketakutan terhadap stagnasi ekonomi bersumber dari tarif yang baru-baru ini diumumkan oleh Donald Trump terhadap barang-barang Amerika, Kanada, dan China. Tarif tersebut diperkirakan akan meningkatkan tekanan inflasi karena bisnis menghadapi peningkatan biaya produksi, yang pada akhirnya dapat dibebankan kepada konsumen dalam bentuk harga yang lebih tinggi. Dengan inflasi yang melampaui target Federal Reserve sebesar 2%, muncul kekhawatiran bahwa bank sentral akan dipaksa untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu yang panjang. Lingkungan dengan biaya yang meningkat dan kebijakan moneter yang lebih ketat ini memberikan tekanan pada pasar, terutama pada aset seperti Bitcoin yang dipandang lebih spekulatif dan sensitif terhadap perubahan ekonomi makro.
Reaksi pasar langsung terhadap jatuhnya Bitcoin adalah lonjakan likuidasi. Menurut data dari CoinGlass, posisi leverage senilai hampir $393 juta dilikuidasi, peningkatan tajam dalam likuidasi yang tidak terlihat selama beberapa minggu. Karena harga Bitcoin anjlok drastis, bursa-bursa terpaksa menutup posisi bullish dengan leverage, yang memicu tekanan turun lebih jauh pada harga. Jenis volatilitas ini menyoroti risiko yang terkait dengan leverage tinggi di pasar mata uang kripto dan mencerminkan kecemasan investor dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi yang lebih luas.
Meskipun terjadi penurunan tajam dan tingkat likuidasi tinggi, ada alasan untuk percaya bahwa harga Bitcoin mungkin akan segera pulih. Pertama, data historis menunjukkan bahwa Bitcoin sering pulih pada akhir minggu setelah penurunan signifikan pada hari Senin. Pola ini menunjukkan bahwa mata uang kripto cenderung menemukan pijakannya dan bangkit kembali, bahkan setelah koreksi harga yang parah. Selain itu, Februari secara historis merupakan bulan yang positif bagi Bitcoin. Selama empat tahun terakhir, Bitcoin meningkat setiap bulan Februari, dan laba rata-rata per bulan sejak 2013 adalah sekitar 14%. Tren ini menjadikan Februari bulan terbaik kedua untuk Bitcoin setelah November, menawarkan secercah harapan untuk pemulihan dalam jangka pendek.
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah ketegangan perdagangan yang sedang berlangsung antara AS dan China. Meskipun tarif telah menyebabkan volatilitas pasar, ada kemungkinan bahwa ketegangan ini dapat menyebabkan negosiasi antara kedua belah pihak. Bitcoin dan pasar saham yang lebih luas mungkin akan mengalami pemulihan jika diskusi perdagangan ini membantu meredakan kekhawatiran akan perang dagang habis-habisan. Penggunaan tarif oleh Trump sebagai taktik negosiasi pada akhirnya dapat menghasilkan resolusi yang membantu meningkatkan sentimen pasar dan memberikan dorongan pada aset berisiko seperti Bitcoin.
Dari sudut pandang teknis, harga Bitcoin telah mengalami konsolidasi selama beberapa bulan terakhir, dengan penurunan terkini yang membawa mata uang kripto ini ke level krusial di $91.170. Level ini terbukti menjadi titik support bagi Bitcoin, karena harganya gagal turun di bawah level ini sejak November 2022. Konsolidasi ini telah menyebabkan terbentuknya pola bendera bullish, yang terdiri dari penurunan tajam yang diikuti oleh periode konsolidasi dalam bentuk persegi panjang. Pola ini sering kali mendahului penembusan, yang menunjukkan bahwa Bitcoin dapat mengalami pergerakan naik yang kuat dalam waktu dekat.
Selain pola bendera bullish, harga Bitcoin tetap berada di atas Exponential Moving Average (EMA) 50 hari dan 100 hari, yang merupakan indikator teknis penting untuk menentukan tren keseluruhan. Fakta bahwa Bitcoin telah mempertahankan level dukungan ini menunjukkan bahwa tren bullish yang mendasarinya masih utuh, meskipun terjadi kemunduran baru-baru ini. Mengingat pergerakan harga saat ini dan pola historis, ada kemungkinan Bitcoin akan mengalami kenaikan tajam dalam beberapa minggu mendatang, dengan target awal adalah harga tertinggi tahun ini di $109.200.
Kesimpulannya, meskipun harga Bitcoin menghadapi tantangan signifikan dalam jangka pendek, ada beberapa alasan untuk optimis tentang masa depannya. Pasar mata uang kripto sering kali bergejolak, tetapi ketahanan dan pola historis Bitcoin menunjukkan bahwa pemulihan mungkin terjadi, terutama jika faktor ekonomi makro seperti inflasi dan suku bunga mulai stabil. Dengan dukungan teknis yang solid pada $91.170 dan tren musiman yang positif untuk bulan Februari, Bitcoin mungkin siap untuk pemulihan yang kuat dalam waktu dekat. Baik pedagang maupun investor akan mencermati untuk melihat apakah mata uang kripto dapat menembus level resistensi utama dan melanjutkan lintasan kenaikannya.