Keruntuhan pasar mata uang kripto baru-baru ini, yang menyebabkan Bitcoin dan aset digital utama lainnya mengalami kerugian yang signifikan, dapat dikaitkan dengan dua faktor utama yang memengaruhi sentimen investor dan perilaku pasar. Faktor-faktor ini terkait dengan keputusan ekonomi eksternal dan siklus pasar alami, yang berkontribusi terhadap penurunan tajam harga kripto.
Keputusan Federal Reserve
Alasan paling menonjol untuk jatuhnya nilai kripto terkait dengan keputusan kebijakan moneter Federal Reserve baru-baru ini. Federal Reserve, dalam langkah yang diantisipasi, memangkas suku bunga sebesar 0,25%. Hal ini menjadikan total penurunan suku bunga tahun ini menjadi 1%, yang menandakan sikap yang lebih lunak dari yang diperkirakan sebelumnya. Namun, keringanan yang diberikan oleh pemangkasan suku bunga tersebut berumur pendek, karena Federal Reserve juga menjelaskan bahwa kemungkinan besar mereka hanya akan menerapkan dua pemangkasan suku bunga tambahan pada tahun 2025. Pernyataan ini, ditambah dengan nada agresif terhadap pengendalian inflasi, mengirimkan pesan yang kuat kepada investor bahwa Fed berfokus pada penjinakan inflasi dalam jangka panjang, dengan inflasi diperkirakan tidak akan kembali ke target 2% hingga tahun 2026 atau 2027.
Pengumuman ini menyebabkan penurunan mata uang kripto karena investor menilai kembali posisi mereka. Mata uang kripto, yang biasanya dilihat sebagai aset berisiko, sangat dipengaruhi oleh faktor ekonomi makro seperti perubahan suku bunga. Dengan sinyal dari Fed bahwa mereka mungkin tidak akan memangkas suku bunga secara agresif dalam waktu dekat, dan bahwa pengendalian inflasi adalah prioritas, investor mulai menjauh dari aset berisiko. Akibatnya, harga mata uang kripto seperti Bitcoin turun secara signifikan. Aksi jual juga memengaruhi pasar keuangan yang lebih luas, dengan pasar ekuitas AS terpukul, dan dolar AS menguat terhadap mata uang lainnya. Imbal hasil Treasury juga melonjak ke level tertinggi dalam beberapa bulan, yang semakin menghambat investasi pada aset berisiko seperti kripto.
Aksi Ambil Untung dan Koreksi Pasar
Alasan signifikan lainnya untuk kejatuhan tersebut adalah siklus alami pasar yang melibatkan aksi ambil untung, dikombinasikan dengan konsep mean reversion dan Metode Wyckoff, yang keduanya umum di pasar keuangan. Setelah periode kenaikan harga yang substansial, banyak investor memutuskan sudah waktunya untuk menjual, yang menyebabkan aksi jual besar-besaran. Aksi ambil untung sering terjadi setelah reli yang berkepanjangan, karena investor berupaya mengunci keuntungan sebelum harga terkoreksi.
Dalam hal pembalikan rata-rata, pasar sering kali mengoreksi dirinya sendiri setelah periode kenaikan harga yang cepat. Ketika aset seperti Bitcoin dan Ethereum mengalami tren naik yang signifikan, aset tersebut akhirnya bergerak kembali ke arah rata-rata historis. Jenis koreksi ini merupakan bagian alami dari siklus pasar dan membantu aset lebih selaras dengan tren jangka panjangnya. Misalnya, beberapa koin mungkin telah diperdagangkan di atas rata-rata pergerakan 200 hari, yang menyebabkan penurunan harga saat kembali ke arah rata-rata tersebut.
Lebih jauh, Metode Wyckoff, yang menganalisis siklus hidup aset dalam beberapa fase seperti akumulasi, markup, distribusi, dan markdown, juga berperan dalam perilaku pasar. Lonjakan harga kripto baru-baru ini dapat diklasifikasikan sebagai bagian dari fase markup, di mana harga naik dengan cepat. Penurunan harga yang terus berlanjut dapat menandakan fase distribusi, di mana penjual mulai keluar dari posisi mereka, diikuti oleh fase markdown, di mana harga terus turun hingga menemukan level yang lebih stabil.
Siklus ini umum terjadi di pasar kripto, dan setelah pertumbuhan pesat, pasar sering mengalami kemunduran atau koreksi, terutama ketika harga naik terlalu cepat atau tidak berkelanjutan. Hal ini menciptakan lingkungan yang tidak stabil, di mana keuntungan sering diikuti oleh kerugian tajam, dan sentimen investor dapat berubah dengan cepat.
Akankah Harga Kripto Kembali Naik?
Meskipun kejatuhan pasar mata uang kripto baru-baru ini cukup signifikan, masih ada potensi pemulihan. Secara historis, setelah penurunan tersebut, mata uang kripto sering kali bangkit kembali karena investor berupaya memanfaatkan harga yang lebih rendah. Bitcoin, misalnya, telah menunjukkan ketahanan di masa lalu, sering kali mendapatkan kembali nilainya setelah koreksi. Jika harga Bitcoin mengikuti pola teknis seperti formasi cup-and-handle, harganya dapat kembali naik ke sekitar $122.000, yang dapat memicu pemulihan di pasar kripto yang lebih luas juga.
Namun, dampak langsung dari penurunan tersebut juga dapat menyebabkan “dead cat bounce,” yaitu harga pulih sesaat sebelum melanjutkan tren penurunannya. Jenis pemulihan jangka pendek ini sering kali diikuti oleh penurunan lain saat pasar mulai stabil. Oleh karena itu, meskipun ada potensi harga kripto naik lagi di masa mendatang, pasar mungkin mengalami volatilitas berkelanjutan dalam jangka pendek saat menyesuaikan diri dengan lingkungan ekonomi saat ini dan perilaku investor.
Singkatnya, jatuhnya mata uang kripto baru-baru ini dapat dikaitkan dengan keputusan Federal Reserve mengenai suku bunga, yang memengaruhi sentimen investor terhadap aset yang lebih berisiko, dan proses koreksi pasar alami, di mana aksi ambil untung dan pembalikan nilai tukar menyebabkan penurunan harga. Meskipun pasar pada akhirnya dapat pulih, jalan ke depannya masih belum pasti, dan investor harus bersiap menghadapi volatilitas yang berkelanjutan dalam jangka pendek.